Kamis, 24 Juni 2010

tafsir ayat-ayat tentang manusia

Pendahuluan
Al-qur’an merupakan kitab Allah yang terakhir diturunkan ke bumi. Sebagai kitab penutup, Al-qur’an melengkapi dan menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an terdiri dari beberapa ayat. Akan tetapi, isinya mencakup semua aspek-aspek kehidupan di dunia dan akhirat. Dari satu ayat dapat ditarik beberapa hukum bahkan antara seseorang dengan orang yang lain berbeda pendapat dalam menafsirkan dan menyimpulkan maksud yang terkandung dalam ayat tesebut. Perbedaan pendapat dalam menafsirkan dan menyimpulkan ayat sudah menjadi tradisi dan merupakan Rahmat bagi umat manusia. bagaimana dimensi tentang manusia merupakan acuan, dengan beberapa perbedaan pendapat dan kesimpulan mudah-mudahan kita bisa mentadaburi dan mengetahui, aspek-aspek, dimensi dan hakikat manusia.

Dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan ayat-ayat tentang manusia dengan menitik beratkan kepada kosa kata, syarah, tafsir dan pesan ayat tersebut.
Pembahasan
A. Pengertian
Secara bahasa lafal berasal dari bahasa arab yang berarti tanda, sedangkan secara istilah : Ayat adalah sekumpulan dari kalam Allah SWT. Yang bertingkat-tingkat dalam suatu surat dari Al-quran.”
Sedangkan Manusia dalam Al-Quran ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia.
l. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, nas, atau unas.
2. Menggunakan kata basyar.
3. Menggunakan kata Bani Adam, dan zuriyat Adam.





B. Surah At-tin 1-6
Kesempurnaan Penciptaan Manusia
 •                              
Artinya: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun 2 Dan demi bukit Sinai, 3. Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman,4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .5. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Syarah
Dalam ayat-ayat ini Allah menyuruh manusia supaya benar-benar memperhatikan nikmat karunia Allah swt. Untuk menambah kekuatan iman dan tauhid kepada kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Yang tiada tara bandingannya.
Kemudian dalam ayat-ayat ini Allah juga menyuruh kita memperhatikan buah yang kita makan untuk mengenal betapa besar nikmat karunia Allah swt. Dalam segala apa yang disediakan untuk kepentingan kebutuhan manusia, setelah menyebut makanan jasmani buah tin dan zaitun maka mengingatkan kepada wahyu yang diturunkan Allah di atas bukit Thur sina dan kota Mekkah yang keduanya merupakan perlengkapan hajat kebutuhan manusia sebagai makhluk yang terdiri, dari jasmani dan rohani. Bila makanan jasmani sudah terpenuhi maka jangan lupa makanan rohani lebih penting bahkan lebih utama, sebab kepentingan jasmani dalam hidup sementara sedang kepentingan sedang kepentingan rohani untuk kehidupan yang kekal abadi selanjutnya. Karena itu Allah mengingatkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam kejadian yang seindah-indahnya, cantik, tampan, dan gagah perkasa, tetapi kemudian terjerumus dalam lembah kehinaan yang serendah-rendahny, kecuali orang tetap beriman, patuh, taat, dan Islam menyerah kepada Allah maka merekalah yang akan tetap mulia bahkan mendapat tempat kedudukan di sisi Allah dengan segala pahala dan kesenangan, kepuasan, kenikmatan yang tidak terbatas.
Kosa kata : Asfala 
Kata asfala adalah bentuk superlatif dari kata as-sufl, as-safl, as-sufalah/as-safalah. Dalam bahasa Arab, kata asfala dan bermakna rendah, antonym tinggi. Dengan demikian asfala berarti paling rendah, tetapi kemudian maknanya berkembang dalam bentuk metafor yang menunjukan kerendahan martabat dan kehinaan.
Dalam Al-quran ditemukan setidaknya tiga makna kata asfal;
1. Paling bawah.
2. Paling merugi.
3. Paling hina.
Jika dikaitkan dengan sebelumnya (summa radadnahu), maka kedudukannya adalah untuk menggambarkan keadaan saat manusia dikembalikan, yaitu dikembalikan ke tempat (neraka) yang paling rendah dan hina). Ikrimah dan Qatadah, memahami ayat tersebut dengan pengembalian kepada keadaan lemah dan bentuk yang tidak lagi bagus karena lanjut usia, setelah sebelumnya tercipta dalam bentuk sebaik-baiknya.
Tafsir
a. Manusia yang paling baik dan sempurna kejadiannya itu akan menjadi tidak berguna bila tidak dijaga pertumbuhannya dan tidak dipelihara kesehatannya. Manusia yang paling sempurna rohaninya itu akan menjadi jahat dan merusak di muka bumi ini bila tidak diberi agama dan pendidikan yang baik. Manusia yang lemah akan menjadi beban, dan manusia yang jahat akan merusak masyarakatnya. Akhirnya di akhirat ia akan masuk neraka. Dengan demikian manusia itu akan menjadi makhluk terhina.
b. Yang terhindar dari kehinaan itu adalah orang-orang yang beriman dan berbuat baik. Manusia yang memiliki sikap hidup yang didasarkan atas iman dan perbuatan baik itu akan memperoleh balasan dari Allah tanpa putus-putusnya. Iman dan perbuatan baiknya itu akan berbuah di dunia, berupa kesentosaan hidup baginya dan bagi masyarakatnya, dan kebahagian hidup di akhirat di dalam surga.
Pesan
a. Manusia yang paling sempurna kejadiaannya itu bisa berubah menjadi manusia yang rusak dan menjadi beban bagi masyarakat bila jasmaninya tidak dibina dan kesehatannya tidak dipelihara.
b. Manusia yang tersempurna rohaninya itu akan merusak masyarakat bila tidak diberi agama dan pendidikan yang paling baik. Akhirnya di akhirat ia akan masuk neraka, dan karena itu menjadi makhluk terhina.
c. Tolak ukur kemuliaan adalah iman dan buku iman itu yaitu perbuatan baik.
C. Surat Al-A’raf 7 : 175-176
Perumpamaan Manusia Yang Mandustakan Ayat-Ayat Allah
                  •    •                         
Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Kosa kata :  
Perumpamaan bagaikan anjing, artinya bagaikan anjing yang selalu mengulurkan lidahnya dalam segala hal, selalu menjilat-jilatdan tidak berguna baginya iman dan pengetahuannya.
Tafsir
Allah memberikan perumpamaan orang yang hina ini, yang Allah datngkan ayat-ayat-Nya, lalu ia melepaskan diri dari ayat-ayat Allah, (diumpamakan) dengan seekor anjing. Tidaklah kehinaan anjing itu membuat Allah enggan dengan memberikan perumpamaan dengannya. Demikian juga Allah memberikan perumpamaan dengan seekor lalat pada surah Al-hajj 22 : 73, perumpamaan dengan rumah laba-laba pada surat Al-ankabuut 29 : 41, perumpamaan dengan seekor keledai pada surat Al-Jumu’ah 62 : 5.
Ayat ini diturunkan menceritakan kepada kita kisah Bal’am, untuk mengingatkan kepada kita bahwa meskipun seorang itu sudah mencapai ilmu yang sangat tinggi sebagaimana yang dicapai oleh para Nabi tetapi lalu ia maksiat condong kepada dunia, maka akhirnya bernasib sebagaimana Bal’am yang disebut oleh Allah : Famatsaluhu kamatsalil kalbi in tahmil alaihi yalhats atau tatrukhu yalhats. Orang itu contohnya bagaikan anjing yang selalu mengulurkan lidahnya dalam segala hal, selalu menjilat-jilat dan tidak berguna baginya segala peringatan, ancaman, dan nasihat, tidak berguna baginya iman dan pengetahuannya. Karena itulah ayat ditutup dengan kalimat : Faqshusil qashasha la’allahum yatafakkarun: Ikutilah kisah ini supaya mereka berpikir dan memperhatikan.
Pesan
Wahai manusia, mawas diri dan berhati-hatilah dengan duniamu dan janganlah kamu terlena dengannya sehingga terjadi seperti itu.



D. Surat Al-Isra’ : 70
Manusia Makhluk Yang Dimuliakan Allah

                 
Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
Kosa kata : Karramna 
Kata karramna diambil dari akar kata karaman yang berarti kemuliaan Karaman yang berarti Kami (Allah) telah memuliakan. Adanya tasydid pada lafaz karrama menunjukkan banyaknya kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia, adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya internal. Dalam konteks ayat ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak dianugrahkan kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia serta harus dihormati, walaupun ia telah menjadi mayat. Darah, harta, dan kehormatan manusia tidak boleh dialirkan dan dirampas begitu saja. Semuanya harus dihormati dan dimuliakan.
Tafsir
Allah memuliakan Bani Adam yaitu manusia dari makhluk-makhluk yang lain, baik malaikat, jin, semua jenis hewan, dan tumbuh-tumbuhan, kelebihan manusia dari makhluk-makhluk yang lain berupa fisik maupun non fisik, sebagaimana firman Allah :
                     
Artinya: 4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Selain diberi panca indra yang sempurna, manusia juga diberi hati yang berfungsi untuk menimbang dan membuat keputusan. Firman Allah :
    •            
Artinya : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Meskipun demikian, banyak manusia yang tidak menyadari akan ketinggian derajatnya sehingga tidak melaksanakan fungsinya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala ;
  •                               
Artinya ; ” Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi.”
Pesan
a. Ingatlah!! Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling mulia di antara kebanyakan makhluk-Nya karena mereka memiliki akal, rupa yang indah, dan bentuk badan yang serasi.
b. Ingatlah!! pada hari perhitungan, manusia akan dihimpun dengan membawa kitab masing-masing yang memuat catatan yang lengkap mengenai amal mereka.
c. Ingatlah!! orang yang ketika hidup di dunia tidak mau menggunakan akalnya untuk memperhatkan tanda-tanda kekuasaan Allah, akan menjadi orang yang buta hatiny. Di akhirat, mereka akan mengalami keadaan yang sama, bahkan mereka lebih buta dan tidak dapat mencari jalan yang bisa menyelamatkan mereka dari siksaan api negara.
E. Surat Al-Mukminun : 5
Manusia Menjaga Kemaluan Dari Perbuatan Keji
    
Artinya : ”Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.”
Kosa kata
Kata () hafizhun terambil dari kata ( حفظ)hifz yang antara lain berarti memelihara
atau menahan. Yang dimaksud adalah memelihara kemaluan sehingga tidak digunakan pada tempat dan waktu yang tidak dibenarkan agama, serta menahannya sehingga selalu terawasi dan tidak tergelincir dalam keburukan. Bahkan boleh jadi pemeliharaan ini meluas maknanya sehingga mencakup tuntunan Nabi saw. Agar memelihara calon pasangan yang tepat dan baik, tidak hanya berdasar kecantikan dan ketampanan saja.
Kata ( فروج ) furuj adalah jamak dari kata ( فرج ) farj yang pada mulanya dimaksudkan dalam arti segala yang buruk diucapkan pada pria atau wanita. Dari sini kata tersebut biasa diterjemahkan dengan alat kelamin.
Tafsir
Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat kelima dari orang mukmin yang berbahagia, yaitu suka menjaga kemaluannya dari setiap perbuatan keji seperti berzina, mengerjakan pekerjaan kaum luth (homoseksual), onani, dan sebagainya. Bersenggama yang diperbolehkan hanya dengan istri yang telah dinikahi dengan sah atau dengan jariahnya (budak perempuan) yang diperoleh dari jihad fisabilillah, karena mereka dalam hal ini tidak tercela.
Akan tetapi, barang siapa yang berbuat di luar yang tersebut itu, mereka itulah orang-orang yang melampau batas. Dalam ayat ini dan yang sebelumnya Allah menjelaskan bahwa kebahagiaan seorang hamba Allah itu tergantung kepada pemeliharaan kemaluannya dari berbagai penyalahgunaan supaya tidak termasuk orang yang tercela dan melampaui batas.
Menahan ajakan, hawa nafsu, jauh lebih ringan dari pada menanggung akibat dari perbuatan zina itu. Allah telah memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan perintah itu kepada umatnya, agar mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.
Pesan
Jagalah kemaluan kalian selama hidup di dunia, janganlah berhubungan badan melainkan hanya dengan istri. Hindari sesuatu yang menimbulkan dampak negatife dari dorongan penyaluran seksual secara tidak sah. Dari segi sosial zina dapat berakibat tidak diketahuinya asal keturunan anak secara pasti. Sedangkan dari segi kesehatan fisik, efek negatif zina antara lain dapat mengakibatkan penyakit gonore, spilis (raja singa) dan luka, dll.
F. Surat Ali Imran 3:102
Manusia Yang Paling Mulia di Hadapan Allah
     •   •    
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam
Kosa kata : At-Tuqah
Artinya taqwa, sama dengan kata At-Taudah, yang berasal dari kata Itta’ada
(perlahan-lahan).
Tafsir
Wajib bagi kamu bertaqwa dengan benar kepada Allah dengan cara melaksanakan
Ayat lain yang sama maknanya adalah firman Allah swt. :
•                 
Artinya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
Artinya bersungguh-sungguhlah kamu bertaqwa kepada-Nya sekuat kamu.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa bertaqwa kepada Allah, hendaknya bermujahadah kepada-Nya, benar-benar jihad dalam arti tidak mundur sedikit pun karena mendapatkan celaan, menegakkan kebenaran secara adil, sekalipun terhadap diri mereka, ayah-ayah mereka, dan ibu-ibu mereka.
Janganlah kamu sekali-kali mati melainkan jika kamu benar-benar dalam keadaan ikhlas kepada Allah, tidak menjadikan sekutu bagi-Nya dengan siapa pun. Dengan kata lain janganlah kamu berperangai selain dari Islam, bila kamu kedatangan ajalmu.
Pesan
Tetaplah kamu dalam Islam peliharalah kewajiban-kewajibannya, dan tinggalkanlah larangan-larangan sampai mati.











DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI (DEPAG). Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta : DEPAG, 2006.
_________________________. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta : DEPAG, 2008.
Syaikh.Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul bayan ; penerjemah, Bari, Rivai, Muhammad. Jakarta : Pustaka-Azzam, 2007.
M. Quraish Shihab,. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Jakarta : Lentera Hati, 2002.
M. Mutawali Sya’rawi,. Terj. Tafsir Sya’rawi. Penerjemah, Ikatan Alumni Universitas al- Azhar Mesir di Medan. Jilid kedua. Jakarta : PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005.
Ahmad Mustafa Al-Maragi,. Terj. Tafsir Al-Maragi. Penerjemah, Bahrun Abu Bakar, Lc. Dan Drs. Hery Noer Aly. Juz IV. Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1993.
Ibnu Katsier, Terj. Tafsir Ibnu Katsier. Penerjemah, H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy. Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar