Kamis, 24 Juni 2010

तफसीर हिदयाह अल्कुरण तेंतंग akhlaq

PENDAHULUAN
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian.”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. Dalam makalah ini kami akan membahas pokok persoalan, yaitu Hidayah Al-Quran Tentang Akhlak.














PEMBAHASAN
HIDAYAH AL QUR’AN TENTANG AKHLAK
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
    
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
• Kosa kata
Kata ( ) khuluq jika tidak dibarengi dengan adjektifnya, maka ia selalu berarti budi pekerti yang luhur, tinglah laku dan watak terpuji.
Kata ( )’ala mengandung makna kemantapan. Di sisi lain ia juga mengesankan bahwa Nabi Muhammad saw. Yang menjadi mitra bicara ayat di atas berada di atas tingkat budi pekerti yang luhur, bukan sekedar berbudi pekerti luhur. Memang Allah menegur beliau jika bersikap dengan sikap yang hanya baik dan telah biasa dilakuan oleh orang-orang yang dinilai sebagai berakhlak mulia.
Keluhuran budi pekerti Nabi saw. Yang mencapai puncaknya itu bukan saja dilukiskan oleh ayat di atas dengan kata ( ) innaka / sesungguhnya engkau tetapi juga dengan tanwin pada kata ( ) khuluqin dan huruf ( ) lam yang digunakan untuk mengukuhkan kandungan pesan yang menghiasi kata ( ) ‘ala di samping kata ‘ala itu sendiri, sehingga berbunya ( ) la’ala, dan yang terakhir pada ayat ini adalah penyifatan khuluq itu oleh Tuhan yang Maha Agung dengan kata ( )’adzim/agung. Yang kecil bila menyifati sesuatu dengan “ agung” belum tentu agung menurut orang dewasa. Tetapi jika Allah yang menyifati sesuatu dengan kata agung maka tidak dapat terbayang betapa keagungannya. Salah satu bukti dari sekian banyak bukti tentang keagungan akhlak Nabi Muhammad saw.
• Pokok kandungan ayat
Ayat ini menyatakan bahwapahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah saq. Sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Pernyataan bahwa Nabi Muhamad mempunyai akhlak yang agung merupakan pujian Allah kepada beliau, yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lain. Secara tidak langsung, ayat ini juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Nabi Muhammad saw adalah orang gila merupakan tuduhan yang tidak beralasan sedikitpun, karena semakin baik budi pekerti seseorang semakin jauh ia dari penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang, semakin dekat ia kepada penyakit gila. Nabi Muhammad adalah seorang yang berakhlak agung. Sehingga jauh dari perbuatan gila.
Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah saw. Sebagai seorang yang berakhlak mulia. Beliau di beri tugas menyampaikan agama Allah kepada manusia agar dengan menganut agama itu mereka mempunyai akhlak yang mulia pula. Beliau bersabda :

Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia (dari manusia). (Riwayat Ahmad dari Abu Hurairah)
Ketika ada orang bertanya kepada Rasulullah saw. : apakah yang sangat utama pada iman itu? Rasulullah menjawab:
“Budi pekerti yang baik”
Banyaklah lagi sabda Rasulullah saw. Menyebut bahwa budi pekerti yang tinggi, yang mulia,yang agung, itulah dia pasak agama, itulah dia puncaknya. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya orang yang termasuk orang baik-baik ialah orang yang akhlaknyapaling baik”(HR. Bukhari-Muslim)
Dan sabdanya pula:

“Orang yang beriman yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang terhitung orang baik-baik ialah yang bersikap baik terhadap istrinya.”
( HR. Tarmidzi)
Menurut riwayat Abu Hurairah pernah ada orang yang bertanya kepada Nabi Muhammad saw. Apa yang terbanyak membawa orang masuk kedalam surga. Beliau menjawab:

“Taqwa kepada Allah dan budipekerti yang baik”(HR. Tirmidzi bahwa hadits ini hasan dan shahih)
Dan banyak lagi hadis yang lain-lain.
Maka oleh karena budi Nabi saw. Yang sangat agung dan mulia itu tuntunan beliau kepada umatnya lekaslah menjadi contoh teladan orang, sehingga dikumpulkan orang hadis-hadis tentang sunnah beliau, baik perkataan, perbuatan atau perbuatan orang lain yang tidak beliau salahkan, itulah aqwal, af’al dan taqrir. Itulah yang dinamai sunnah.
Akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Quran ialah bahwa Rasulullah telah menjadikan perintah dan larangan Al-Quran sebagai tabiat, akhlak, dan wataknya. Setiap kali Al-Quran memerintahkan sesuatu maka beliau akan mengamalkannya. Dan kapan saja Al-Quran melarang sesuatu maka beliau akan meninggalkannya. Disamping semua yang telah Allah watakkan kepadanya berupa akhlak-akhlak yang agung, seperti rasa malu yang amat tinggi, murah hati, pemberani, suka memaafkan, lemah lembut, dan semua akhlak-akhlak cantik lainnya.
• Pesan
- Hendaknya selalu mengikuti akhlak Rasulullah saw. Karena beliau adalah manusia yang paling baik akhlaknya.
- Jahuilah budi pekerti buruk, sebab semakin buruk budi pekerti maka semakin dekat kepada penyakit gila. Sebaliknya, semakin baik budi pekerti maka semakin jauh penyakit gila.
Cara Berakhlak Berdasarkan Al-Quran
                            
Allah hendak menerangkan (hukum syarit-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).
• Kosa kata
Kata ( ) Syahawat,jamak syahwah, yaitu kecenderungan jiwa kepada sesuatu yang diinginkan. Kecenderungan ini terbagi dua:
- kecenderungan yang benar ( ), yaitu yang dapat merusak tubuh jika tidak dipenuhi, seperti makan ketika lapar
- dan kecenderungan yang tidak benar ( ) yaitu yang tidak merusak tubuh jika keinginan tersebut tidak dipenuhi.
Di dalam Al-Quran terdapat ayat, manusia cinta terhadap apa yang diinginkan (syahwat), yaitu perempuan, anak-anak, dan harta benda. Syahwat di sini mencakup keduanya. Tetapi dalam ayat, “kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya (syahwat). Arti syahwat di sini lebih pada hal-hal yang sifatnya kecenderungan yang tidak benar. Yang dimaksud dengan mengikuti syahwat dalam ayat ini adalah melanggar syari’at agama yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya.
• Pokok kandungan ayat
Ayat ini menerangkan kepada kaum muslimin apa yang belum jelas baginya dan memberinya petunjuk ke jalan yang ditempuh oleh para Nabi dan shalihin sebelumnya,agar mengikuti jejak mereka dan berjalan di atas jalan yang telah mereka tempuh. yaitu hukum yang tersebut dalam ayat 19, 20 dan 21 di antaranya yang mengenai hubungan rumah tangga di antara suami istri, seperti bergaul dengan istri dengan cara yang sebaik-baiknya. Jika mereka mengikuti petunjuk Allah itu, dengan melaksanakan perintah-Nya dan berbuat amal kebajikan, niscaya amal itu dapat menghapus dosa-dosanya. meskipun demikian, semuanya sama-sama memperhatikan kemaslahatan-kemaslahatan umum bagi manusia. Sebab ruh seluruh agama adalah mentauhidkan Allah, beribadah kepada-Nya dan tunduk kepada-Nya dengan berbagai gamabaran yang berbeda, serta sasarannya adalah pensucian jiwa dengan amal-amal yang dilakukannya dan pembinaan akhlak, agar menjahui perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan yang buruk.
Allah memberi ampunan kepada mereka dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya, agar mereka menyucikan dan membersihkan diri mereka lahir batin, meskipun orang-orang yang mengikuti syahwat dan hawa nafsunya, selalu berpaling dari jalan yang lurus, dan menarik orang mukmin agar ikut terjerumus bersama mereka kelembah kesesatan, karena dengan melaksanakan perintah Allah dan menaatinya akan tercapailah apa yang dikehendakinya untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka.
Orang yang beriman diberi peringatan oleh Tuhan, bahwa Tuhan selalu sedia memberikan taubat. Kita sudah mengetahui arti taubat, ialah kembali. Iman yang sejati itu ialah selalu taubat. Meskipun tidak pernah berbuat dosa besar, namun tiap waktu bertaubatlah dan kembalilah kepada Tuhan. Karena dengan itu hawa nafsu dan syahwat akan dapat dikekang atau dikendalikan. Adapun orang yang tidak bertaubat, tidak mengngat hubungannya dengan Tuhan, maka hawa nufsu dan syahwat-syahwatnya yang macam-macam itu tidaklah akan dapat dikendalikannya. Sehingga meskipun peraturan Tuhan telah ada namun akan mencari dalih juga memutar-mutar dan membelok-belokkan peraturan Tuhan bagi mencapai hawa nafsunya.
Ayat ini juga menunjukkan besarnya kasih saying Allah kepada mereka, dan Allah henerima taubat kamu, sedang orang-orang yang bersungguh-sungguh mengikuti hawa nafsu dan terbawa oleh selera rendah dan kedurhakaan kepada Allah bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran.
• Pesan
- Ikutilah perintah dan jahui larangan-Nya meskipun banyak di antara manusia yang menggodanya untuk menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
- Sucikanlah jiwa dengan amal-amal baik yang dilakukan dan pembinaan akhlak, agar menjahui perbuatan-perbuatan dan perkatan-perkatan yang buruk.

















PENUTUP
Kesimpulan:
Nabi Muhammad memiliki budi pekerti mulia, karena itu beliau ditgasi memperbaiki budi pekerti manusia dengan menyampaikan agama islam kepada mereka, Dan Allah memberi ampunan kepada mereka dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya, agar mereka menyucikan dan membersihkan diri mereka lahir batin, meskipun orang-orang yang mengikuti syahwat dan hawa nafsunya, selalu berpaling dari jalan yang lurus, dengan melaksanakan perintah Allah dan menaatinya akan tercapailah apa yang dikehendakinya untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka.

Daftar Pustaka:
Al-Quran dan terjemahnya
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,penj. Anwar Rasyidi, Semarang: Toha Putra, 1992
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya edisi yang sisempurnakan, Jakarta: Depag RI, 2006
Hamka, Tafsir Al-azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1983
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta; Lentera Hati, 2003
Syihabuddin, Taisiru al-Aliyyu al-Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, terj.jilid 4 Jakarta: Gema Insani Press, 2001















HIDAYAH AL-QUR’AN TENTANG AKHLAK
Makalah ini dipresentasikan guna memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir II

Disusun Oleh :
MUHAIMIN KS
M. YASDAR






Dosen Pembimbing :
Drs. H. Ilhamuddin Qasim, MA


Fakultas Syariah IV
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta
Tahun Ajaran 2009/2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar