Rabu, 09 Desember 2009

manhaj al adabi al ijtima'i dan manhaj taqarrub baina al madzahib

PENDAHULUAN
Alquran al-karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah, filsafat, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluq individu ataupun sebagai makhluq sosial, sehingga berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.
Alquran al-karim dalam menerangkan hal-hal tersebut di atas, ada yang dikemukakan secara terperinci, seperti yang berhubungan dengan hukum perkawinan, hukum warisan dan sebagainya, dan ada pula yang dikemukakan secara umum dan garis besarnya saja. Yang diterangkan secara umum dan dan garis-garis besarnya ini, ada yang diperinci dan dijelaskan hadits-hadits Nabi muhammad SAW , dan ada yang di arahkan pada kaum muslimin sendiri yang disebut ijtihad.
Begitu pula halnya tafsir Alquran ia berkembang mengikuti irama perkembangan masa dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir Alquran yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang dari hukum-hukum agama.
Bila seorang mahasiswa membaca literatur-literatur tentang ilmu tafsir, pasti akan menemukan beberapa istilah, antara lain manhaj, thariqah, ittijah, lawn, dsb. Para ahli berbeda-beda dalam memaknakan istilah-istilah itu. Makalah ini secara khusus membahas tentang manhaj, dan lebih spesifik lagi membahas tentang al-Manhaj Al-Adabi Al-Ijtima’i dan al-Manhaj al-Taqarrub Baina al-Madzahib dalam sejarah pemikiran tafsir.












PEMBAHASAN
A.Pengertian Manhaj.
Manhaj adalah langkah yang ditempuh seorang mufassir dalam menjelaskan tentang makna, menyerap makna dari teks, mengaitkan satu sama lain, melengkapi dengan atsar-atsar yang berkaitan dengan masalah itu, dan menyampaikan hukum-hukum, nilai-nilai dan ajaran-ajaran agama yang terdapat di dalamnya, sesuai dengan kecenderungan, mazhab, pengetahuan dan kepribadian mufassir.
B.Perkembangan Metode Tafsir
Manhaj atau metode tafsir lahir sejalan dengan lahirnnya tafsir itu sendiri, akan tetapi pada permulaan islam tadwin ilmu-ilmu islam belum dikenal secara luas, termasuk metode tafsir, apalagi pengkajinyan secara ilmiah. Oleh karena itu dalam kitab-kitab salaf tidak dijumpai tentang ilmu yang membahas metodologi secara khusus. Pada generasi pertama, umumnya, mereka menguasai ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan Alquran seperti ilmu Bahasa Arab, Balaghat, Sastra dll. Pada masa itu para sahabat menyaksikan secara langsung turunnya wahyu kepada rasulullah saw. sehingga membantu mereka dalam menafsirkan Alquran secara benar dan utuh sehingga mereka tidak memerlukan metode khusus dalam menafsirkan Alquran. Hal ini tidak berarti mereka menafsirkan Alquran tanpa metode justru metode yang mereka terapkan menjadi pedoman bagi para mufassir sesudahnya.
C.Macam-Macam Manhaj (Metode) Penafsiran
Dari segi perkembangan tafsir, seperti halnya metode tafsir, maka tafsir itu berkembang menurut aliran atau corak tafsir yang berkembang itu yang dapat kita klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:
1.Aliran/corak tafsir Modern/Kontemporer (al-Adabi al-Ijtima’i)
2.Aliran/corak tafsir klasik
Tapi disini kami hanya membahas tentang Aliran/corak fafsir modern/kontemporer, yang termasuk dalam kategori ini diantaranya adalah;
D.Manhaj Al-Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i
Sebagai salah satu akibat perkembangan modern adalah munculnya corak tafsir yang mempunyai karakteristik tersendiri berbeda dari corak tafsir lainnya dan memiliki corak tersendiri yang betul-betul baru dari dunia tafsir.
Corak tafsir ini berusaha memahami nash-nash Alquran dengan cara, pertama dan utama, mengemukakan ungkapan-ungkapan Alquran secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh Alquran tersebut dengan gaya bahasa yang indah dan menarik. Kemudian pada langkah berikutnya, penafsiran berusaha menghubungkan nash-nash Alquran yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada. Pembahasan tafsir ini sepi dari penggunaan istilah-istilah ilmu dan teknologi, dan tidak akan menggunakan istilah-istilah tersebut kecuali jika dirasa perlu dan hanya sebatas kebutuhan. Kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dan tujuan-tujuan Alquran yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian menggabungkannya dengan pengertian-pengertian ayat tersebut dengan hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia. di samping itu pula juga dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya Alquran, lalu mangaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat. Dalam corak tafsir ini yang penting adalah bagaimana misi Alquran sampai pada pembaca.
Dalam penafsirannya, teks-teks Alquran dikaitkan dengan realitas kehidupan masyarakat, tradisi sosial dan system peradaban, sehingga dapat fungsional dalam memecahkan persoalan. Dengan demikian mufassir berusaha mendiagnosa persoalan-persoalan umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya, untuk kemudian mencarikan jalan keluar berdasarkan petunjuk-petunjuk Alquran, sehingga dirasakan bahwa ia selalu sejalan dengan dengan perkembangan zaman dan manusia.
- Metode al-Adabi al-Ijtima’i Dari Segi Keindahan (Balaghah) Bahasa Dan Kemu’jizatan Alquran.
Metode al-Adabi al-Ijtima’i dalam segi keindahan (balaghah) bahasa dan kemu’jizatan Alquran, berusaha menjelaskan makna atau maksud yang dituju oleh Alquran, berupaya mengungkapkan betapa Alquran itu mengandung hukum-hukum alam raya dan aturan-aturan kemasyarakatan, melalui petunjuk dan ajaran Alquran, suatu petunjuk yang berorientasi kepada kebaikan dunia dan akhirat, serta berupaya mempertemukan antara ajaran Alquran dan teori-teori ilmiah yang benar. Juga berusaha menjelaskan kepada umat bahwa Alquran itu adalah Kitab Suci yang kekal, yang mampu bertahan sepanjang perkembangan zaman dan kebudayaan manusia sampai akhir masa, berupaya melenyapkan segala kebohongan dan keraguan yang dilontarkan terhadap Alquran dengan argument yang kuat yang mampu menangkis segala kebatilan, karena memang kebatilan itu pasti lenyap.
Semua hal di atas dikemukakan dan diuraikan dengan gaya bahasa yang sangat indah, menarik memikat, dan membuat pembaca terpesona serta merasuk kedalam kalbunya, sehingga tergugahlah hatinya untuk memperhatikan Kitabullah dan timbul minat serta gairah untuk mengetahui segala makna dan rahasia Alquran al-Karim tersebut.
Metode tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i Dalam Analisis Tentang Unsur-unsur Terbentuknya Masyarakat.
Unsur yang membentuk masyarakat ada tiga yakni: Manusia, alam dan hubungan/interaksi social. Unsur ketiga yang harus kita kaji untuk menemukan di manakah letak posisi manusia dalam interaksi social, sesuai dengan konsepsi yang dikehendaki oleh Alquran. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki ketergantungan (interdependensi) satu sama lain dalam kehidupannya. Bertolak dari kebutuhan sosiologisnya itu, seluruh manusia akan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu membentuk kesatuan sosial, yang pada akhirnya melahirkan sebuah Negara.
Dilihat dari segi sifatnya, hubungan sosial tersebut terbagi dua, yaitu:
1. Hubungan fungsional
2. Hubungan persaudaraan yang diikat kesamaan agama
Hubungan fungsional adalah hubungan sosial yang lebih bertendensikan kejasaan. Hubungan sosial dalam masyarakat, ini adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya, berkaitan dengan pemerataan kesejahteraan, gesekan kebudayaan dan berbagai bidang kehidupan sosial lainnya. Permasalahan yang dihadapi di sini bukan lagi pertentangan antara manusia dengan alam tetapi berupa pertentangan sosial dan benturan kepentingan atau kemaslahatan antar sesama, problematika sosial dalam masyarakat memang sangat kompleks beragam dan dalam bentuk yang bermacam-macam. Akan tetapi pada hakikatnya satu subtansial yang berulang-ulang dan sangat umum, yakni pertentangan antara golongan lemah dan golongan kuat. semuanya bersumber pada antara kesenjangan mereka yang ada di posisi golongan kuat dan yang di posisi golongan lemah. Bahkan sering kali permasalahan itu timbul dari satu golongan yaitu golongan elit atas.
Pada hari akhir nanti Allah tidak menanyai manusia mengenai pendapat para mufassir, dan tentang bagaimana mereka memahami Alquran. Tetapi ia akan menanyakan kepada kita tentang kitab-Nya yang Ia wahyukan untuk membimbing dan mengatur manusia. Kesimpulannya adalah menjelaskan Alquran kepada masyarakat luas dengan maknanya yang praktis, bukan hanya untuk ulama’ professional. Masyarakat awam maupun ulama’, menyadari relevansi terbatas yang dimiliki tafsir-tafsir tradisional, tidak akan memberikan pemecahan terhadap masalah-masalah penting yang mereka hadapi sehari-hari. Agar para ulama itu yaqin, bahwa mereka seharusnya membiarkan Alquran berbicara atas nama dirinya sendiri, bukan malah diperumit dengan penjelasan-penjelasan dan keterangan-keterangan yang subtil.
Nuansa social kemasyarakatan yang dimaksud di sini adalah tafsir yang menitikberatkan penjelasan ayat Alquran dari:
1). Segi ketelitian redaksinya
2). Kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi dengan tujuan utama memaparkan tujuan-tujuan Alquran, eksentuasi yang menonjol pada tujuan utama yang diuraikan Alquran, dan
3). Penafsiran ayat dikaitkan dengan sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat.
Nuansa tafsir sosial kemasyarakatan ingin menghindari adanya kesan cara penafsiran yang seolah-olah menjadikan Alquran terlepas dari akar sejarah kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Akibatnya, tujuan Alquran sebagai petunjuk dalam kehidupan manusia terlantar.
Para Pelopor Dan Kitab Tafsir Corak al-Adabi al-Ijtima’i
Menganai penafsiran Alquran kontemporer adalah upaya melahirkan konsep-konsep Qurani sebagai jawaban terhadap tantangan dan problematika kehidupan modern dan upaya mempertemukan antara Qur’an dan sains modern yang selalu berkembang dengan cepat dalam batas yang wajar dan ditoleransi oleh islam, dengan motifasi lebih menegaskan I’jaz ilmi Alquran. Dalam bidang kemasyarakatan dan politik, maka tafsir yang sangat dibanyak dipelajari adalah tafsir yang terbit pada abad ke XIX dan XX.
Seperti kitab-kitab tafsir yang di tulis berdasarkan metode ini, antara lain:
- Tafsir Al-Manar, oleh Rasyid Ridha (w. 1345 H)
- Tafsir Al-Maraghi, oleh Syekh Muhammad Al-Maraghi (w. 1945 M)
- Tafsir Alquran Al-Karim, karya Al-Syekh Mahmud Syaltut
- Tafsir Al-Wadhih, karya Muhammad Mahmud Baht Al-Hijazi.
Literatur Tafsir Alquran Di Indonesia Dari Segi Metode, Nuansa dan Pendekatan tafsir.
- Tafsir bi al-Ma’tsur Pesan Moral Alquran, Karya Jalaluddin Rahmat
- Tafsir Juz ‘amma Disertai Asbab al-Nuzul, Karya Rafi’uddin dan Edham Syifa’i
- Tafsir Al-Mishbah, kesan dan keserasian Alquran (belum selesai), alquran Al-Karim, Tafsir atas surat-surat pendek Berdasarkan urutan Turunnya Wahyu & Wawasan Alquran, karya M. Quraish Shihab
- Menyelami Kebebasan Manusia, Telaah Kritis Terhadap Konsepsi Alquran, karya Mahasin
- Konsep Kufr Dalam Alquran, karya Harifudin Cawidu
- Konsep Perbuatan Manusia Menurut Alquran, Karya Jalaludin Rahman
- Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Alquran, Karya Musa Asy’ari
- Jiwa Dalam Alquran, karya Achmad Mubarok Dll.
Contoh Al-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i
Pembahasan menyangkut masalah di atas merupakan metode al-adabi al-Ijtima’i. ini dijumpai dalam usaha mengembangkan penafsiran satu ayat dengan hokum-hukum kemasyarakatan dan pembangunan dunia. Sebagai contoh: antara lain, dalam firman Allah SWT;
•     •      
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak.
Lafazh al-Qardl berarti harta yang diserahkan dengan tatanan dikembalikan (pijaman). Ketika allah diberikan atribut sifat karam, artinya kebaikan dan pemberian nikmat-Nya betul-betul tampak. Sementara ketika sifat karam disematkan kepada Manusia, itu berarti nama dari pekerjaan dan akhlak yang terpuju yang tampak pada dirinya. Tidak bias seseorang dianggap memilki sifat karam sebelum akhlak dan perbuatannyaterpuji. Dan setiap hal yang terpuji berdasarkan setandar masing-masing dianggap memiliki sifat karam.Allah SWT. Menamai peminjaman sebagai pembelanjaan harta di jalan Allah dan bentuk-bentuk kebaikan lain untuk mendapatkan ridlonya. Dan qardl sebagaimana disebutkan di muka adalah sesuatu yang diberikan dengan syarat dikembalikan. Itu menunjukkan bahwa
Allah akan mengembalikan itu pada orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Kemudian dengan sangat tegas, Allah menyatakan bahwa ia akan memberikan pahala yang banyak dan itu masih akan dilipatgandakan. Hanya ayat inilah yang betul-betul secara jelas memberikan dorongan danseruan untuk bersedekah dan berbuat baik. Dan Allah maha tahu tentang hal-ikhwal kamu, baik yang lahir maupun yang batin. Lalu dia member balasan kepadamu atas itu semua. Dan oleh karena kemahatahuan Allah SWT. Terhadap kamu maka dia mengumpulkan amal dari orang yang membelanjakan harta dan berperang sebelum terbukanya kota Makkah, atas orang yang membelanjakan harta dan berperang sesudah itu. Dan hal itu tak lain karena Allah mengetahui keikhlasan golongan yang pertama dalam menafkahkan hartanya di masa kesusahan dan kesempitan.
Abu bakar al-siddiq adalah orang yang mempunyai bagian terbesar dari ayat ini, karena dialah penghulu dari orang-orang yang melaksanakan ayat ini. Sebab dialah yang menafkahkan hartanya seluruhnya dengan tujuan ingin mendapatkan ridla Allah. Sedang selain dia tidak seorangpun yang mempunyai kenikmatan yang menyamai dia. Kemudian Allah SWT. Menekankan agar membelanjakan harta di jalan Allah, dan mengecam orang yang tidak mau melaksanakannya. Firman Allah:
•     •   
Aritnya:”Siapakah yang mau membelanjakan hartanya di jalan Allah, Allah akan melipatgandakan untuk pinjamannya itu”. Yakni Allah menjadikan untuknya satu kebaikan menjadi 700. Dan selain itu, dia memperoleh pula balasan yang menyenangkan karena memperoleh surga.
Ayat itu disusun dalam bentuk percontohan. Dan itu sangat berpengaruh pada kejiwaan disbanding bentuk-bentuk ungkapan yang lainyang berisi anjuran sedekah. Disebutkan bahwa seorang yahudi berkomentar terhadap turunnya ayat di atas.” Tuhannya Muhammad tidak meminta pinjaman sampai dia dalam kondisi fakir.” Lalu Abu Bakar menempeleng si yahudi tadi. Dan kemudian Yahudi mengadu kepada Rasulullah saw. Atas insiden yang dilakukan Abu Bakar terhadapnya. Nabi saw. Berkata pada Abu Bakar,”Maksudmu apa dengan perbuatanmu itu?”, Abu Bakar Menjawab: “Saya tak dapat menahan diri untuk menghajarnya. Si yahudi tadi tidak mengucapkan perkataannya itu selain karena meremehkan, ketololan dan kebodohannya.

D.Manhaj Al Tafsir Al-farqu bain al-Madzahib.
Umat islam,sepeninggal Rasulullah SAW, telah berpecah belah menjadi berpuluh-puluh firqah.masing-masing firqah memahami dan menafsirkan alquran menurut firqah mereka mereka sendiri sehingga banyak menimbulkan perbedaan penafsiran alqur’an.Hal ini juga berpengaruh dalam dunia ilmu tafsir,dengan adanya firqah-firqah tersebut,tumbuh dan berkembang aliran tafsir.Dalam tafsir madzhab ahlu sunnah,yang menonjol adalah akidah ahlusunnahnya,Madzhab Mu’tazilah yang ditonjolkan adalah akidah mu’tazilahnya dan didalam madzhab syiah yang ditonjolkan adalah akidah syiahnya.Di antara mereka ada yang mempertahankan kebenaran kendati mengalami kesulitan,ada juga yang imbang dan ada pula yang berlebihan. Kitab Tafsir wa alMufassirun,adalah salah satu kitab yang menggunakan manhaj alfarqu bainal Madzahib karna di dalamnya banyak disajikan berbagai macam tafsir,perbedaan dan corak tafsirnya dari madzhab yang berbeda.
Madzhab-madzhab tersebut antara lain;
1.Madzhab Syiah
Pengertian
Syi’ah secara etimolgi bahasa berasal dari kata sya-ya’a( ) yang berarti mengikuti Secara istilah syiah adalah golongan yang mencintai Imam Ali dan keluarganya.Sebagian di antara mereka ada yang fanatik terhadap syi’ahnya sehingga mencapai pada tingkat kekufuran dan di antara mereka ada yang sedang-sedang saja,hingga mereka tidak jatuh dalam keufuran,hanya saja mereka tetap membenci ahlu sunnah .
Madzhab syiah merupakan madzhab pertama dalam sejarah islam.Madzhab ini muncul pada zaman khalifah Utsman ra dan meluas pengaruhnya pada zaman Khalifah Ali ra.Kaum syi’ah sepakat bahwa jabatan kehalihfahan merupakan hak Imam Ali ra dan keturunannya.Akan tetapi timbul masalah ketika Imam Husain ra terbunuh,kaum syiah berbeda pendapat dalam menentukan pengganti Imam Husain yang telah terbunuh.
Golongan pertama berpendapat bahwa khilafah adalah hak Imam Muhammad Al hanafiah.
Golongan kedua berpendapat bahwa khilafah adalah hak anak keturunan imam Hasan.
Golongan ketiga berpendapat bahwa Khilafah adalah hak anak keturunan imam Husain.
Perbedaan pendapat di antara kaum syiah mengakibatkan munculnya firqah-firqah baru dalam madzhab syiah.Madzhab-madzhab tersebut antar lain;Zaidiyah,Itsna Asyar dan ismailiyah.kemunculan madzhab-madzhab tersebut juga mempengaruhi perkembangan ilmu tafsir.
Tafsir Imamiyah Itsna Asyar
Pemikiran-pemikiran tafsir syiah istna asyar banyak dipengaruhi oleh paham teoleogi mu’tazilah dan kalaupun ada perbedaan itu hanya sedikit sekali.Tokoh-tokoh dalam tafsir ini adalah Imam Syarif Murtadho,Abu Ali al thibrisi.Mereka banyak mencantumkan pendapat-pendapat mu’tazilah dalam tafsir-tafsir mereka dan bahkan imam Syarif Murtadha berpendapat dalam tafsirnya bahwa Imam Ali sebagai pemimpin kaum mu’tazilah.
Contoh Tafsir Syiah itsna Asyar
1.QS.Al-naziat:6-7
      
Artinya:” (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang Alam”,
Artinya:” Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.”
Menurut pemahaman mereka bahwa lafadz”rajifah”adalah husain sedangkan “radifah” adalah imam Ali ra.
2.QS. AlMaidah:55
          •   
Artinya:” Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah”.
Mereka memahami bahwa”orang-orang yang beriman”adalah orang-orang yang beriman kepada imam-imam dua belas.
3.QS.Al-nahl:51
               
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; Sesungguhnya dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
Kaum syiah itsna asyar berpendapat bahwa Janganlah engkau menjadikan dua imam karna dia adlah imam satu-satunya

4.QS.Al-Zumar:69
       •       
Artinya:” Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi Keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.
Mereka menafsirkan”nurnya”adalah nur Imam Ali ra
5.QS.Al-Naba:40
               
Artinya:”. Sesungguhnya kami Telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang Telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah".
Merekamenafsirkan dengan menjadi kelompok abu turab.
2.Madzhab Mu’tazilah
Pengertian
Lafadz Mu’tazilah berasal dari kata dasar i’tazala( ) yang bermakna mengasingkan diri .Di antara tafsir mu’tazilah yang terkenal adalah tafsir alkasyaf karangan Syaikh Mahmud ibnu Umar ibnu muhammad Al Zamakhsyari,seorang ahli nahwu dan bahasa yang menganut paham mu’tazilah.lahir pada tahun 467 H dan wafat pada tahun 538 H.Kitab tafsirnya merupakan sebaik-baik kitab tafsir dari segi balaghahnya walaupun di dalamnya terdapat banyak paham-paham mu’tazilah.Kebanyakan tafsir dalam bidang balaghah berpedoman pada kitab ini.
Karakteristik Tafsir Al Kasysyaf
Keistimewaan kitab ini adalah isinya tidak berbelit-belit dan sederhana.Didalamnya tidak terdapat kisah-kisah israiliyyat.Dalam menerangkan makna-makna alqur’an, tafsir ini berpedoman bahasa arab dan uslub-uslubnya.Kitab ini juga sangat memperhatikan ilmu bayan dan ma’ani untuk menerangkan bahwa Alqur’an adalah kalam ilahi yang tidak dapat ditandingi oleh manusia.Dalam menerangkan sesuatu kitab ini menggunakan metode tanya jawab.Seringkali pertanyaan dimulai dengan perkataan:”jika anda mengatakan begini ,maka saya mengatakan begitu.
3.Madzhab Sunni
Di antara tafsir dari kalangan madzahab sunni yang terkenal adalah tafsir Al-dur Al-mantsur,yang dikarang oleh Imam Suyuthi yaitu kitab Addurul Mantsur.Kitab Durul Mantsur adalah kitab yang menghimpun tafsir bilma’tsur,didalamnya tidak terdapat pendapat-pendapat pribadi imam Sayuthi sendiri.Dia tidak mengatakan kalimat yang menjadi penafisran dan jumlah yang memberi syarah,tetapi ia konsisten agar tafsirnya merupakan kumpulan dari hadits-hadits rasulullah dalam ayat-ayat alQur’an dan dalam serangkaian riwayat dari para sahabat ra.Dalam himpunannya beliau tidak berpijak pada kesahihan hadits dan riwayat.
Contoh Tafsir Imam Sayuthi
Allah berfirman”Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami minta pertolongan”
Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abi Hatim dari Ibni Abbas,adalah firman”Iyyaka na’budu”,yakni hanya kepadamu kami bertauhid dn kami mendambaMu.Waiyyaka Nastain,yakni dalam berbakti kepadaMu dan atas semua perkara kami.Imam Waqi’ dan AL-Ghurbani dai ibnu Ruzain berkata:”Aku mendengar Ali membaca huruf ini dan dia adalah orang arab dan Quraisy yang fasih.”Iyyaka na’budu wa iyyaka nastain” dengan membaca rafa’ dua fiil.Abu Qasim Al baghawi sepakat dengan AlMawardi mengenai sahabat dalam kitab Dalail dari Anas bin Malik dari Abi Tholhah ia berkata”Kami bersama Rasulullah saw dalam satu peperangan kami bertemu musuh,aku mendengar beliau bersabda,’Ya(malilki yaumiddin)Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in,’Dia berkata,’Aku melihat lelaki yang sempoyongan dipukul para malaikat dari depan dan dari belakang.
4.Madzhab Bathiniyah
Golongan bathiniah,ialah mereka yang tidak mau berpegang kepada makna yang zahir dari alqur’an.Mereka mengatakan bahwasannya alqur’an mempunyai makna yang zahir dan yang bathin.Maka yang dimaksud dari makna-makna itu adalah makna-makna yang batin.
Yang termasuk ke dalam golongan tafsir bathiniah adalah
a.Ismailiyah,nama ini dinisbatkan kepada Ismail putra tertua Imam Ja’far shadiq.
b.Qirmithah,nama ini dinisbatkan kepada Qirmith sebuah kampung tengah,yang menurut
mereka dari sanalah pemimpin mereka yang bernama hamdan.
c.Sab’iyyah,nisbat dari kata Al Sab’ah karna mereka berkeyakinan setiap tujuh orang dari
mereka harus ada imam yang harus mereka ikuti.
d.Alhurmiyyah,dari kata Al hurmah.disebut demikian karna mereka membolehkan hal-hal
yang haram dan keji.
Contoh tafsir bathiniyah adalah
a.QS.Al-Insyiqaq:19
•    
Artinya:” Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”.
Mereka menafsirkan bahwa ayat tersebut menngisyarat kan agar meninggalkan wasiat para nabi lalu mengikuti para imam sesudah mereka.

b.QS.Yunus;15
                             •              
Artinya:”Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia. Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya Aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".
Mereka menafsirkan bahwa”atau tukarkanlah..,disitu dengan”atau gantikanlah Ali”.padahal disitu jelas nama Ali tidak disebut.
.5.Madzhab Tasawuf
Dalam madzhab ini,tafsir mereka dikenal dengan istilah tafsir Isyari.Tafsir al-isyari adalah ta’wil alqur’an yang berbeda dengan lahirnya lafal atau ayat,karna isyarat-isyarat rahasia yang hanya diketahui oleh ulama yang marifat kepada Allah.Dalam tafsir al-isyari,seorang mufasiir melihat makna lain selain makna lahir yang terkandung oleh ayat alqur’an namun makna lain itu tidak tampak kecuali orang-orang yang telah dibukakan hatinya oleh Allah untuk dan diterangkn mata hatinya.Ilmu tersebut bukanlah ilmu alkasbi yang bisa didapat dengan cara membaca dan menghafal akan tetapi ilmu tersebut merupakan ilmu yang diberikan Allah SWT karna pengaruh taqwa,sebagaimana firman Allah
QS.AlBaqara:282Artinya:”takutlah kamu kepada Allah.Allah akan mengajarkan kepadamu.Dan Allah maha Mengetahui tiap-tiap sesuatu”.
Syaray-syarat tafsir al-isyari
1.Tidak meniadakan makna lahir ayat alqur’an.
2.Tidak menyatakan bahwa makna isyarat itu merupakan murad(masud sebenarnya)satu-satunya,tanpa ada makna lahir.
3.hendaknya suatu tawil tidak terlalu jauh sehingga tidak sesuai lafal.
4.tidak menimbulkan keraguan pemahaman manusia.
5.tidak bertentangan dengan akal maupun syara’.
Pendapat para Ulama tentang tafsir Isyari
Di antaara para ulama ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan.ada yang menganggap tafsir ini sebagai inti dari kaum irfan dan ada pula yang menilainya sebagai kesesatan.Dapat dipahami bahwa jika penafsiran alquran memperturutkan hawa nafsu maka itu berarti perbuatan Zindiq.Akan tetapi jika penafsiran mengisyaratkan bahwa kalam Allah tidak bisa dijangkau oleh akal manusia,maka yang demikian itu merupakan kesempurnaan iman dan kema’rifatan.Sebagaimana Ibnu Abbas telah berkata bahwa sesungguhnya alqur’an itu mengandung banyak ancanaman dan janji,meliputi yang lahir dan batin.Maka barangsiapa memasukinya dengan hati-hati,akan selamat dan barang siapa yang memasukinya dengan ceroboh akan tersesat.Ia memuat beberapa mitsal dan kabar,halal dan haram,naasikh dan mansukh,muhkam dan mutsyabih,zahir dan batin.tanyakan ia kepada para ulama,jangan tanyakan ia kepada orang-orang bodoh.
Contoh Tafsir Isyari
1.QS.Thaha:24
     
Artinya:”. Pergilah kepada Fir'aun; Sesungguhnya ia Telah melampaui batas".
Menurut penafsiran mereka bahwa kata itu mengisyaratkan hatinya.oleh karnanya dia mengatakan bahwa”hati”itulah yang dimaksud dengan kata fir’aun,yaitu ia durhaka kepada tiap manusia.
2.QS.Al –Qashash:31
       •            •   
Artinya:” Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Se- sungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman”.

Kata tongkat Dikalangan mereka ditafsirkan dengan sesuatu hal selain Allah.Artinya segala sesuatu yang ia pegangi dan ia sandari selain Allah seyogyanya dibuang
Tokoh dan Kitabnya
Ibnu Arabi merupakan tokoh yang tersohor dalam dunia tafsir isyari.Banyak kalangan yang mengagumi kepakaran beliau dalam tasawuf maupun dunia ilmu pengetahuan dan
Banyak juga yang menganggapnya sebagai zindiq.Kitabnya yang terkenal adalah kitab Al-Fushush.Sebagai contoh penafsiran beliau adalah tafsiran beliau berkenaan dengan nabi Idris dalam QS.maryam:57”Dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi”
Beliau menafsirkan bahwa tempat yang tinggi adalah tempat yang dikelilingi oleh rotasi alam raya,yaitu orbit matahari.di situlah tempat tinggal ruhani nabi Idris.
Kesimpulan
Dalam manhaj al-Tafsir al-Adabi al-ijtima’i, adalah corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Alquran berdasarkan ketelitian ungkapa-ungkapan yang disusun dengan bahasa yang lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya Alquran, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, pemecahan masalah-masalah umat islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat. Dalam manhaj ini fokus kajian adalah seputar norma-norma sosial. Norma-norma ini yang kemudian menjelma menjadi ketentuan umum atau sunnatullah yang akan dialami oleh siapapun dan dimanapun. Ketentuan-ketentuan(sunnatullah) tidak akan berubah meskipun waktu dan tempat berbeda. dari teks-teks alqur’an akan banyak diperoleh penjelasan deskriptif tentang faktor pendukung kemajuan suatu bangsa.
Mengenai tafsir alfarqu bainal madzahib banyak ditemukan dalam kitab tafsir wal mufassirun.tafsir ini secara khusus membahas tentang perbedaan dari berbagai macam tafsir yang berasal dari berbagai madzhab.
Madzhab pertama yang disajikan adalah mazhab syiah dan cabang-cabangnya.Di sini Al dzahabi menyajikan sejarah awal kemunculan Syiah yang kemudian pecah menjadi banyak firqah.Madzhab kedua adalah madzhab mu’tazialah.tafsir yang terkenal dalam madzhab ini adalah tafsir alkasysyaf karya Syaikh AlZamakhsyari.Tafsir ini banyak mengedepankan aspek balaghah dan keindahan bahasa.Madzhab selanjutnya adalah madzhab sunni yang kemunculannya hadir setelah paham mu’tazilah meredup.Tafsir ini lebih berhati-hati dan banyak mengedepankan pendapat sahabat dan tabiin seperti yang tercantum dalam tafsir Adurrul mansur karya Imam Suyuthi.Madzhab beriutnya adalah madzab batiniyah dan mazhhab tasawuf,kedua madzhab ini tidak berbeda jauh hanya saja kalau batiniah banyak melenceng dari Jalur islam sedangkan Tasauf adalah madzhab yang banyak menafsirkan ayat dengan ilmu kasyaf.





Daftar Pustaka:
Al Dzahabi,Muhamad Husain,Al Tafsir wa Al Mufassirun,Kairo:Dar alqahirah,1976
Al-Farmawi,Abdul hayy Metode Tafsir Mawdhu’iy; Suatu pengantar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994
Bisri Adib,Kamus AlBisri,Surabaya:Pustaka Progresif,1999
Nashrudin Baidan, Metode Penafsiran Alqur’an, Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset
Zufran Rahman, Studi Tentang Sejarah perkembangan Tafsir Alquran al-Karim,Terj.
Qishshat al-Tafsir, Jakarta; Kalam Mulia,1999.

M. Quraish Shihab Dkk, Sejarah Dan Ulum Alquran, Jakarta: Pustaka firdaus, 1999.
Al Qaththan,Manna,Mabahis fi Ulum AlQur’an,Jakarta:Pustaka kautsar,2004.
Al Shadiq,Ayatullah Muhammad Bagir, Madrasatil Qur’aniyah,Jakarta: Risalah,1999.
Al Shobuni,Muhammad Ali,Al Tibyan fi Al ulum AlQur’an,jakarta:Pustaka Amani,2001
M. Amin Abdullah, Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutika Hingga Ideologi,
Bandung: Teraju, 2002.
Syihab,M. Quraish , Rasionalitas Al-qur’an Studi Kritis Atas Tafsir Al-Manar, Jakarta:
Lentera Hati 2006.
Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli
Tafsir, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Bahrun abu Bakar, Tafsir Al-Maraghi,terj. Semarang: Toha Putra, 1993, Juz XXVIII.